Sejarah Al-masthuriyah

By Anis Abdullah 07 Apr 2014, 13:10:57 WIB

K.H. Masthuro dilahirkan pada tahun 1901 di Kampung Cikaroya, sebuah kampung yang bertetangga dengan Kampung Tipar tempat Al-Masthuriyah kini berada. Ayahnya bernama Amsol yang kesehariannya bertugas sebagai Amil atau Lebe yang mengurusi masalah keagamaan di desa. Bapak Amsol adalah nama samaran dari Asror. Beliau menggunakan nama samaran itu untuk menghindar dari kejaran Belanda. Karena tidak mau tunduk ke penjajah, ia melarikan diri dari Kuningan ke Bogor yang kemudian memperoleh istri dari Cimande Bogor yang bernama Ibu Eswi.

Dalam hal pendidikan keagamaan, sebagaimana kebiasaan masyarakat pedesaan pada masa itu, K.H. Masthuro memulai kegiatan mencari ilmunya dengan belajar membaca Al-Quran yang dimulai pada saat berusia enam tahun, yaitu pada tahun 1907. Guru pertamanya dalam membaca Al-Quran adalah Ayahnya sendiri, Bapak Amsol. Kemudian pada tahun 1909 di usianya yang kedelapan, ia pergi menuntut ilmu di Pesantren Cibalung, Desa Talaga, Kecamatan Cibadak, Sukabumi yang dipimpin oleh K.H. Asyari. Di Pesantren ini K.H. Masthuro selain memperdalam penguasaan membaca Al-Quran, juga mulai mempelajari kitab-kitab kuning. Di sinilah pertama kali ia mengenal kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan di banyak pesantren hingga sekarang.

Pada tahun 1911, K.H. Masthuro masuk sekolah kelas II di Rambay Cisaat. Pada tahun 1914, setelah tiga tahun belajar di sekolah ini, ia berhasil lulus dengan memperoleh ijazah. Selain belajar di Rambay, ia juga mengaji kitab-kitab kuning di Pesantren Tipar Kulon yang dipimpin oleh K.H. Kartobi. Di pesantren ini, ia memperdalam kembali apa yang pernah diperolehnya di Pesantren Cibalung. Selepas menamatkan pendidikannya di sekolah di Rambay, K.H. Masthuro kembali menjelajah dunia pesantren. Pada tahun 1914, ia kembali mengaji kitab-kitab kuning di Pesantren Babakan Kaum Cicurug, Sukabumi yang dipimpin oleh K.H. Hasan Basri.

Pada masa yang sama, K.H. Masthuro juga ikut mengaji di Pesantren Karang Sirna Cicurug yang dipimpin oleh K.H. Muhammad Kurdi. Jarak yang tidak begitu jauh dari pesantren tempat ia tinggal, memungkinkannya untuk mengaji di dua pesantren pada saat yang bersamaan. Di pesantren ini, seperti juga di pesantren-pesantren lainnya, K.H. Masthuro mempelajari kitab-kitab kuning terutama yang belum dipelajarinya. Di dua pesantren di atas, K.H. Masthuro hanya mengaji selama satu tahun saja. Pada tahun berikutnya, 1915, K.H. Masthuro mengaji kitab-kitab di pesantren Paledang Cimahi Cibadak Sukabumi pimpinan K.H. Ghazali.

Masih di tahun yang sama, yaitu 1915, K.H. Masthuro berpindah ke Pesantren Sukamantri Cisaat yang diasuh dan dipimpin oleh K.H. Muhammad Sidiq. Pada tahun 1916, ia mempelajari kitab-kitab di Pesantren Pintuhek, Sukabumi, yang dipimpin oleh K.H. Munajat. Kemudian pada tahun 1918, K.H. Masthuro mengaji kitab-kitab di Pesantren. Pesantren Al-Masthuriyah atau ‘pasantren Tipar’ julukan dari masyarakat sekitar– berdiri sejak tahun 1920 di Kampung Tipar, Desa Cibolangkaler (dulu Desa Cibungaok, kemudian Desa Cimahi), Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi (7 km arah barat kota Sukabumi).

 

Pada 9 Rabiul Akhir 1338 H, bertepatan dengan 1 Januari 1920, KH. Masthuro mulai mendirikan sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah Ahmadiyah yang merupakan cabang dari Madrasah Ahmadiyah Sukabumi. Nama Ahmadiyah dipilihnya karena beliau adalah lulusan Madrasah Ahmadiyah Sukabumi dan tidak ada hubungannya dengan nama sebuah aliran dalam Islam.  

Pada tahun 1941, KH. Masthuro mulai mengelola Madrasah dan pesantrennya secara mandiri dan terpisah dari status cabangnya. Nama pun diubahnya menjadi Sekolah Agama Sirojul Athfal. Walaupun dari istilahnya Siroj berarti lampu dan athfal berarti anak laki-laki. Kemudian, atas saran dan hasil musyawarah pada tahun 1950 dibentuklah sebuah lembaga baru, dengan nama Sekolah Agama Sirojul Banat. Hal tersebut memungkinkan diterimanya santri perempuan untuk belajar di pesantren ini.

 

Perkembangan selanjutnya, secara berturut-turut, KH. Masthuro mendirikan Madrasah Tsanawiyah Sirojul Athfal/Banat pada tahun 1967 dan Madrasah Aliyah Sirojul Athfal/Banat pada 1968. Pada tahun ini pula, tepatnya tanggal 27 Rajab, KH. Masthuro menghadap Ilahi dan meninggalkan lembaga rintisannya yang kini sudah besar dan sudah menebarkan alumninya ke berbagai penjuru daerah di Indonesia, bahkan sudah sampai ke negeri yang jauh.

SMA Al-Masthuriyah didirikan pada tahun 1986 sebagaimana termuat dalam Izin Operasional dari Depdikbud Kanwil Prop. Jawa Barat Bid. Dikmenum Nomor 904/I02.4/R.86 tanggal, 12 Agustus 1986, dengan Kepala Sekolah Bapak Drs. KH. A. Aziz Masthuro dan dikukuhkan dengan izin pendirian dari Kepala Kanwil Depdikbud Prop. Jawa Barat dengan surat keputusan Nomor: 1060/I02/Kep/E/88, tanggal, 7 Maret 1988

Sejak Tahun 1987, Kepala Sekolah SMA Al-Masthuriyah dipercayakan kepada Bapak Drs. H. A. Djamaluddin sesuai dengan SK Yayasan Al-Masthuriyah Nomor: 02/SK/YASMA/VI/1987, tanggal  24 Juni 1987, hingga tahun 2000. Pada Tahun 2000 berdasarkan SK Yayasan Al-Masthuriyah Nomor: 05/SK/YASMA/VII/1987, tanggal 02 Juli 2000 Kepala SMA Al-Masthuriyah dipercayakan kepada Bapak H. Abd. Muis, M.Ag. hingga tahun 2012, dan dari tahun 2012/2013, melalui SK Yayasan Al-Masthuriyah Nomor : 008/YASMA/2012, tanggal 2 Juli 2012 Kepala SMA kembali dijabat oleh Drs. H. A. Djamaluddin hingga Agustus 2014, dan sejak Agustus 2014 (tahun ajaran 2014/2015) melalui SK Yayasan Al-Masthuriyah Nomor : 0030/YASMA/2014 tanggal 16 Agustus 2014, Kepala SMA Al-Masthuriyah dijabat oleh Bapak Mohammad Irham, SS., M.Si..

Dalam perjalanannya, SMA Al-Masthuriyah telah mengalami  akreditasi dengan status dan jenjang akreditasi sebagai berikut : Tahun 1986 - 1990 status “Terdaftar”, Tahun  1990 – 1994 Status Akreditasi “Diakui”, 1994 – 1999 Status Akreditasi “Disamakan”, 1999 - 2003 Status Akreditasi “Disamakan”, Tahun 2003 – 2007 Status Akreditasi “A”, Tahun 2007 – 2011 Status Akreditasi “A”, Tahun 2011 – 2015 Status Akreditasi “A”, dan 2015 – sekarang Status Akreditasi “A”.